Senin, 25 Mei 2009

Isti’adzah

Epistemologi do’a merupakan bagian dari metode dakwah yang di contohkan para nabi termasuk nabi terakhir Muhammad Saw, adalah suatu disiplin ilmu yang diwariskan oleh para nabi yang wajib dihayati, dipahami, di amalkan dan didakwahkan oleh umatnya, hal ini tentunya dianggap perlu dilakukan agar umat Islam memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual secara simultan.
Salah satu kajian dalam epitemologi do’a adalah istiadzah, secara etimologis isti’adzah merpakan upaya melindungi sesuatu dari sesuatu, baik berupa ucapan maupun tindakan, sedangkan secara terminologis diartikan sebagai sebuah term untuk menyambut sekumpulan redaksi do’a yang berisikan pemohonan pelindungan kepada Allah Swt dari sesuatu yang tidak diinginkan terutama sesuatu yang akan membahayakan bagi pemohon.
Secara eksplisit, al-Qur’an sendiri banyak mencontohkan untuk ber-isti’adzah baik dalam bentuk berita yang bermakna printah maupun dalam bentuk perintah secara langsung. Do’a isti’adzah pada dasarnya di pioritaskan untuk menghindari dari kejahatan pelaku mahluk Tuhan yang biasa terjadi pada waktu malam dan dari kejahatan khannas. Khannas sendiri adalah kegiatan wiswas (transpormasi energi) yang dilakukan oleh para traspormator kejahatan dari jin kafir dan manusia fisik serta kafir, itulah sebagian contoh isti’adzah sebagaimana disiratkan dalam QS Al-Falaq dan An-Nas.
Do’a isti’adzah untuk maksud tertentu sebagaimana dijelaskan dari dua prinsip tertentu, secara langsung bisa menggunakan dua surah mu’awwidzatain (dua surah untuk memohon perlindungan yang lazim disebutkan surat Al-Nas dan Al-Falq) dapat dipergunakan atau diuraikan untuk perlindungan.